Jumat, Oktober 02, 2009

Orang-Orang yang Amalnya Sia-sia

Setiap gerak-gerik dan langkah seorang muslim adalah bernilai ibadah. Ibadah mahdah memang meliputi segala aspek kehidupan. Apapun bentuk aktivitas yang dikerjakan seorang muslim baik berupa makan minum, tidur, bekerja, berkumpul dengan anak-anak, buang hajat, bahkan memberi nafkah batin bagi pasangan pasutri pun bernilai ibadah. Amal-amal ibadah ghairu mahdha niatnya lebih mudah di sembunyikan (ikhlas) sehingga untuk mendapatkan nilai ibadah relative lebih mudah.

Ini berbeda dengan ibadah mahdah, ibadah dasar yang meniru Rasulullah Saw. Contohnya beribadah shalat terutama shalat berjamaah, mudahkah kita menerapkan ikhlas dalam shalat ! Ternyata meletakan niat ikhlas dalam beribadah shalat sangat sulit. Ada banyak faktor yang membawa shalat berjamaah seseorang tidak ikhlas, jika ada 1.000 orang yang datang ke masjid mungkin 990 orang yang niatnya tidak ikhlas. Memasang niat ikhlas memang sulit sebab ikhlas itu ruhnya amal sehingga untuk mendeteksi apakah seseorang saat shalat itu bisa ikhlas atau tidak, tidak bisa di ukur, ini karena urusannya sudah rahasia ilahi. 

Bagaimana kalau seseorang yang shalat ke masjid dalam rangka untuk membesarkan golonganya, membesarkan komunitasnya, membesarkan partainya, membesarkan kelompoknya, membesarkan organisasinya, atau apalah nama lainya, maka dari kacamata fisik jelas sudah tidak ikhlas, karena ikhlas beribadah yang murni karena Allah SWT. Tidak ada embel-embel, masalah dunia harus diselesaikan dengan dunia, masalah ukhrowi ditempuh dengan ilmu ukhrowi. Maka benar sabda rasul jika ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia maka dengan ilmu dunia, jika ingin mendapatkan kebahagiaan akhirat dengan ilmu akhirat dan jika ingin mendapatkan kebahagiaan keduanya harus dengan memahami ilmu kedua-duanya.

Kalau ibadah seseorang dari pandangan umum sudah jelas ada niat untuk membesarkan organisasi, untuk membesarkan partai, untuk membesarkan golongan maka jelas pula kalau ibadah seseorang tersebut tidak ikhlas. Kalau ibadah seseorang tidak ikhlas maka ibadahnya akan sia-sia, akan seperti debu yang beterbangan, sebagaimana Firman Allah SWT QS. Al-Furqan 23: “Dan Kami hadapi segala amal ibadah yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan”.

Menjelang pemilu orang-orang yang terlibat dalam parpol jelas tidak bisa ikhlas, bagaimana mau beribadah ikhlas kalau sedekahnya, sumbangan sembakonya, bantuan menangani bencananya, bantuan kesehatanya, bantuan memenuhi kebutuhan masyarakatnya di barengi dengan agar memilihnya, agar menjadi anggota partainya, agar menjadi konstituennya. Partai-partai baru dan partai-partai yang merasa kecil tentu ingin membesarkan partainya dengan berbagai cara dan upaya agar paska pemilu menjadi partai besar tetapai bukan berarti partai-partai yang merasa besar sama juga tetap bekerja semaksimal mungkin agar bisa menambah perolehan suaranya di pemilu yang akan datang. Adakah aktivis parpol yang saat memberi bantuan itu ikhlas? Mungkin ada, tapi seandainya ada yang ikhlas tentu tidak banyak, karena termasuk orang-orang yang terpilih dan mulia disisi Allah SWT.

Kalau sekarang di Indonesia musim pemilu, maka banyak orang yang beribadah secara umum tidak ikhlas, tapi masyarakat umum juga sudah memaklumi karena lagi musim pemilu semoga setelah pemilu sudah bisa ikhlas karena Allah. Alangkah celakanya kalau seseorang beribadah sudah tidak musim pemilu masih tidak bisa ikhlas karena Allah otomatis kerja kerasnya, kaderisasinya, rekruitmen anggota, kelompok dan golongannya dan aktivitas lainnya masih bagaikan debu yang berterbangan sehingga amal ibadah seluruh hidupnya hanya mendapatkan balasan kelelahan. Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ bab Ikhlas memberi peringatan sebagai berikut: 
“Maka amal tanpa niat ‘anaak (imbalannya hanya lelah), dan niat tanpa ikhlas namanya riya’ (karena sesuatu selain Allah), dan itu sejajar dengan munafik, sama dengan maksiat, dan ikhlas tanpa tashdiq (serius) dan tahqiq (sungguh-sungguh) adalah bagaikan debu yang dihamburkan.

Disinilah perlunya seseorang itu pandai memilah dan memilih memakai strategi ilmu apa yang akan dipakai, ilmu dunia ataukah ilmu akhirat, mana yang amal dunia dan mana yang amal akhirat, samakah peraturan hukum di Indonesia dengan hukum di Singapura, secara garis besar tidak sama namun mungkin ada sebagian peraturan yang sama, begitu juga samakah ilmu-ilmu yang mempelajari dunia dan ilmu-ilmu yang memahami tentang akhirat secara umum tentu berbeda walaupun ada beberapa bagian yang mempunyai kesamaan. Selagi seseorang masih mencampur adukkan antara amal dunia (politik, bisnis, organisasi, dan lain-lain), dan amal akhirat (shalat, sedekah, wirid, dan lain-lain) jadi satu maka untuk beramal yang ikhlas sulit diterapkan. Jika amal seseorang tidak ikhlas tentu amalnya akan sia-sia bagaikan debu yang beterbangan.

0 komentar:

Posting Komentar | Feed

Posting Komentar



 

Muhith Jepara Batam Copyright © 2009 Jepara Bumi Kartini - Batam Bumi Industri by Muhitho Kibitho 08192224377